🎭 Menyedihkan Sekaligus Menjijikkan: Ketika Uang Jadi Ukuran Nilai Diri, Bukan Karya

Sami

7/25/20252 min read

"Jangan tersinggung, aku pun pernah mengalaminya. Ini bukan sindiran, tapi realita sosial yang harus diakui dan dicari solusinya."

📉 Realita Pahit: Masyarakat Mengukur Segalanya dari Uang

Kita hidup di lingkungan yang menjadikan uang sebagai barometer keberhasilan, bukan karya atau kualitas pemikiran. Ini bukan cuma generasi tua atau muda, semua terjebak dalam sistem “gengsi”, bukan “isi”.

Contoh sederhananya:

  • Orang yang beli iPhone tapi masih ngutang, dipuja.

  • Orang yang punya karya tulis, desain, atau aplikasi tapi belum menghasilkan uang, dianggap “nganggur”.

  • Lingkungan hanya memvalidasi yang punya uang, bukan yang berproses.

Padahal, uang bisa dicari, tapi value dari sebuah karya tak bisa dibeli dengan gengsi.

🤝 Gengsi Kolektif: Minim Pengetahuan, Tapi Kompak

Uniknya (atau ironisnya), mereka yang hidup dari gengsi ini saling support, saling puja, dan membentuk lingkaran absurd di mana popularitas lebih dihargai daripada logika.

Contohnya:

  • Konten viral yang gak mendidik didukung ramai-ramai.

  • Debat di medsos bukan untuk bertukar pikiran, tapi siapa yang lebih lucu/jutek.

Sementara itu, mereka yang:

  • Berpikir rasional.

  • Mau belajar.

  • Tidak bergantung pada tren...

...justru dijauhi, dianggap ‘aneh’, bahkan direndahkan.

🔍 Sistem Apa Ini?

Ini bukan salah satu pihak saja, tapi efek dari:

  • Kurikulum yang kurang melatih nalar dan empati.

  • Lingkungan yang konsumtif dan kompetitif tanpa arah.

  • Medsos yang lebih mementingkan impresi visual daripada makna.

Bahkan pemerintah dan institusi pun lebih sering mendukung program yang “kelihatan” hasilnya secara ekonomi, daripada mendukung orang-orang yang membangun fondasi intelektual jangka panjang.

💡 Solusi Realistis & Alternatif Cerdas

  1. Bangun Karya, Bukan Gengsi

    • Pamerkan proses, bukan hasil.

    • Ga usah malu berkarya walau belum viral atau belum cuan.

  2. Komunitas Baru = Energi Baru

    • Gabung ke komunitas yang peduli kualitas, bukan kuantitas.

    • Jangan buang energi di tempat yang toxic.

  3. Support Karya Anak Bangsa

    • Like, share, dan beli produk teman sendiri.

    • Jangan cuma dukung yang sudah terkenal.

  4. Edukasi Diri & Orang Terdekat

    • Ubah mindset: kaya = punya makna, bukan punya barang.

    • Edukasi itu bukan selalu dari sekolah, tapi dari habit.

  5. Pemerintah & Institusi Harus Melek Talenta

    • Program inkubasi karya, bukan cuma bantuan uang tunai sesaat.

    • Dorong media nasional angkat konten bermutu, bukan drama.

🧠 Penutup: Jangan Pernah Ukur Nilai Diri dari Harta

"Kalau kamu masih dihargai hanya karena uang, bukan karena nilai dirimu, mungkin kamu belum ada di lingkungan yang tepat."

Kita memang nggak bisa ubah sistem langsung, tapi kita bisa mulai dari diri sendiri, lingkungan kecil, dan komunitas. Bangun ekosistem yang waras, yang mengukur manusia dari kontribusinya, bukan penampilannya.

Saya sangat menghargai waktu Anda untuk membaca hingga akhir.

Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan serta inspirasi baru bagi Anda.

Apabila Anda tertarik untuk memberikan dukungan, akan sangat berarti jika Anda bersedia melihat produk yang saya rancang secara mandiri melalui tautan berikut.