Berbicara Soal Psikologi, Apakah Aura Itu Ada? Aura Negatif Kek atau Positif, dan Bagaimana Menilainya? Tentu Ini Dia Jawabannya
Apakah aura benar-benar ada dalam psikologi? Cari tahu penjelasan tentang aura positif, aura negatif, cara menilainya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan dan hubungan sosialmu. Jawaban lengkap ada di sini.
PENGETAHUANGAYA HIDUPKEMAJUAN
Simee
9/7/20252 min read


Banyak orang sering bilang, “aura kamu kok negatif banget ya” atau “wah, auranya positif banget, enak diajak ngobrol”. Tapi, sebenernya… dalam psikologi, apa benar aura itu nyata? Atau cuma istilah populer aja yang dipakai orang buat ngegambarin kesan pertama? Yuk kita bongkar bareng! 🧠✨
🔮 Apa Itu Aura Menurut Psikologi?
Kalau di budaya populer, aura sering dianggap sebagai “cahaya energi” yang mengelilingi tubuh seseorang, bisa positif atau negatif. Tapi dalam ilmu psikologi modern, istilah aura lebih sering diartikan sebagai:
Kesan interpersonal → bagaimana orang lain menilai kita lewat sikap, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah.
Vibes/atmosfer sosial → energi yang “terasa” ketika kita ketemu orang lain, sebenarnya hasil interpretasi otak kita terhadap stimulus nonverbal.
Mood & Emosi yang terbaca → kalau lagi bete, orang bisa ngerasa “auranya jelek”; kalau lagi happy, “auranya positif”.
👉 Jadi, secara ilmiah aura bukan energi mistis, tapi hasil kombinasi psikologi, komunikasi nonverbal, dan persepsi sosial.
📚 Referensi Ilmiah
Ekspresi wajah (Paul Ekman, 1999) → menunjukkan bahwa emosi dasar (senang, marah, sedih, takut) bisa terbaca lewat microexpression.
Psikologi sosial (Allport, 1954) → interaksi sosial memengaruhi bagaimana orang lain menilai kita.
Body language & impression management → menurut penelitian Mehrabian (1971), 55% kesan orang lain ditentukan bahasa tubuh, 38% nada suara, hanya 7% dari kata-kata.
Artinya, “aura” sebenarnya bisa dijelaskan lewat ilmu komunikasi & psikologi sosial, bukan sekadar mistis.
⚖️ Bagaimana Menilai Aura Seseorang?
Karena aura itu lebih ke “kesan interpersonal”, cara menilainya bisa lewat:
Bahasa tubuh → postur tegak, eye contact, senyum = kesan positif.
Nada bicara → tenang & ramah lebih enak diterima ketimbang nada tinggi.
Konsistensi emosi → orang yang stabil emosinya biasanya dinilai punya “aura positif”.
Kebiasaan sosial → suka menolong, menghargai, dan terbuka bikin orang lain nyaman.
💡 Solusi & Alternatif Kalau Merasa Auramu Negatif
Nggak ada yang “terkutuk” punya aura jelek. Semua bisa diubah lewat perubahan kecil:
Latih komunikasi nonverbal → belajar senyum tulus, kontak mata, dan gestur terbuka.
Kelola emosi → hindari meledak-ledak, belajar mindfulness/relaksasi.
Self-care & gaya hidup sehat → tidur cukup, olahraga, pola makan teratur → mood jadi stabil.
Bangun mindset positif → biasakan syukur, afirmasi, dan berpikir solutif.
👉 Jadi intinya: auramu = refleksi dari perilaku dan emosimu sehari-hari.
✨ Kesimpulan
Aura dalam psikologi bukan cahaya gaib, melainkan kesan sosial & komunikasi nonverbal yang dipersepsikan orang lain. Aura positif atau negatif bisa dipengaruhi cara kita bicara, bahasa tubuh, dan stabilitas emosi. Jadi, kalau mau “auramu” terlihat lebih positif, perbaiki mindset, komunikasi, dan kebiasaan sehari-hari.